Monday, June 27, 2011

Surat Untuk Saudariku

Saudariku,
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Rabb yang telah menciptakan kita dari setetes mani,
Rabb yang juga telah menciptakan ibu kita, bapak kita, dan orang-orang yang kita sayangi,
Rabb yang telah memberi rizki pada kita sampai kita sebesar ini,
Rabb yang telah memberi hidayah Islam "sebuah nikmat yang sangat besar yang tidak ada nikmat yang lebih besar dari nikmat ini"
Rabb yang telah memberi kita banyak sekali nikmat,
Rabb yang telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang taat,
Rabb yang juga telah mengancam dengan neraka bagi yang enggan untuk taat,
Rabb yang janji-Nya haq, yang tidak pernah menyalahi janji,
Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya,
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,
“Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”

Di dalam hadis lain terdapat tambahan:
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jam As-Shaghir hal. 232, dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh muslim dari riwayat Abu Hurairah)


Saudariku,
Masih akrab dalam pandangan kita, saudari-saudari kita keluar rumah dengan membuka auratnya. Beberapa diantaranya sangat “memperhatikan” penampilannya.
Mulai dari merk baju yang berkelas, model yang up to date,
Bahkan diantaranya kita lihat baju yang sempit dan serba pendek,
celana yang juga serba pas-pasan,
rambut direbounding,
alis yang “dirapikan”,
lipstik tipis warna pink,
*mungkin karena belum tahu*


Saudariku,
Apa yang kita dapat dari semua ini?
“cantik”?
“aduhai”?
“modis”?
“gaul”?
“tidak ketinggalan jaman”?
atau mungkin sekedar untuk bisa percaya diri ketika keluar rumah dan berhadapan dengan orang-orang?
Memang banyak yang akan melihat “WAH” pada wanita yang berpenampilan seperti ini sehingga menyebabkan beberapa di antara kita tertipu dan bahkan berlomba untuk menjadi yang “terhebat” dalam masalah ini.


Tetapi saudariku,

MAri kita bersama-sama belajar menjadi seorang muslimah yang sejati!
Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan apa yang mereka pamerkan dari tubuh dan kecantikan mereka.
Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan merk yang ada pada baju-baju mereka.
Sungguh! Kain sepuluh ribu per meter dari pasar lebih mulia jika kita memakainya dalam rangka ketaatan pada Allah,
Rabb yang telah menciptakan kita,
Robb yang telah mensyariatkan jilbab untuk kita.

Duhai…
Pakaian mana yang lebih mulia dari pakaian ketaqwaan?

Adalah nikmat yang besar ketika kita masuk Islam.
Seseorang dinilai bukan lagi dari tulisan (baca: merk) apa yang tertempel di bajunya, atau dari seberapa mancung hidungnya, seberapa cantik wajahnya, seberapa elok parasnya, seberapa anggun bersoleknya.
Tapi seseorang dinilai dari apa yang ada dalam hatinya, apa yang diucap oleh lisannya, dan apa yang diperbuat oleh badannya.

Ya!
Seseorang dinilai dari ketaqwaannya.
Jadi tidak perlu lagi kita bersibuk-sibuk untuk pamerkan kebolehan tubuh dan kecantikan.


Saudariku,
Tidakkah kita melihat jajanan yang ada di emperan?
Terbungkus dengan ala kadarnya,
semua orang bisa menjamahnya,
atau bahkan mencicipinya.
Bahkan seringkali yang mencicipi adalah orang iseng yang tidak benar-benar bermaksud untuk membeli. Setelah mencicipinya, dia letakkan kembali kemudian dia tinggal pergi.
Bukan hanya orang iseng, bahkan lalat-lalat pun mengerumuninya.
Berbeda dengan makanan berkualitas yang terbungkus rapi dan tersegel.
Terjaga dan tidak tersentuh tangan-tangan iseng.

Di antara keduanya, kita lebih memilih yang mana?
Tentu yang kedua.
Jika untuk makanan saja demikian, maka lebih-lebih lagi kita memilih untuk diri kita sendiri.


Saudariku,
Demikian juga keadaannya seorang lelaki yang baik-baik.
Dia akan memilih wanita yang menjaga kehormatannya,
yang kecantikannya tidak dia pamerkan.
Tidak dia biarkan dinikmati oleh banyak orang.
Yang demikian adalah karena wanita yang menjaga auratnya lebih mulia dari pada wanita yang memamerkan auratnya.

Wahai saudariku,
Bahkan lelaki yang sholeh berlindung pada Allah dari godaan kita.
Wanita adalah godaan yang besar bagi lelaki.
Pada umumnya lelaki itu lemah terhadap godaan wanita.
Maka sebagai wanita, jangan malah kita menggodanya!
Tetapi kita bantu mereka untuk bisa menjaga pandangan dan menjauh dari maksiat.
Sukakah kita jika kita menjadi sebab pemuda-pemuda tergelincir dalam kemaksiatan?
Menjadi penyebar fitnah dan perusak generasi?


Saudariku yang aku cintai,
Berat hati ini melihat hal seperti ini terjadi pada saudari kita…
Allah telah memuliakan kita dengan mensyari’atkan jilbab untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan membiarkan aurat terbuka? Secara tidak langsung, ini berarti membiarkan diri menjadi objek pemuas syahwat yang bisa dinikmati sembarang orang.
Allah telah memuliakan kita dengan mensyariatkan jilbab untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan keluar dari ketaatan?

Mari kita renungkan bersama...


(Sumber : artikel muslimah.or.id)

Salam persaudaraan dari Kemuslimahan KSI Asy-syifa FK UNLAM... :)
Keep on hamasah, ukhtifillah...

No comments:

Post a Comment